Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan
besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
—Lukas 2:52
Bacalah Lukas 2: 42-52 dengan sikap hati yang berdoa untuk menerima
pencerahan dari Allah dalam saat teduh hari ini.
Merenungkan:
esus
adalah pribadi Allah yang menjelma menjadi manusia. Ia sungguh Allah dan
sungguh manusia.[i]
Sebagai manusia Ia menghadapi segala godaan dan masalah sama seperti kita. Setiap
saat Ia menghadapi tantangan apakah menggunakan kuasa yang ada pada-Nya untuk
diri sendiri atau taat kepada kehendak Allah Bapa. Hanya saja Ia tidak berdosa
(Ibr. 4:15). Itulah sebabnya Ia luar biasa layak menjadi model pionir (Archegos) dan Guru Agung kita
(Kis. 3;15; Ibr. 2:10; 12:2).
Sewaktu
masih remaja dan belum mengenal Tuhan Yesus, saya suka membaca cerita silat
berseri karangan Asmaraman S. Kho Ping Hoo.[ii]
Dalam banyak cerita yang ditulisnya, pola yang umum terjadi adalah seorang guru
silat yang hebat menurunkan ilmunya kepada sang murid. Biasanya sang murid
adalah orang pilihan dan sudah melewati berbagai ujian. Tapi kebiasaan yang
lazim dalam dunia persilatan adalah tidak menurunkan seluruh ilmunya kepada sang
murid. Ada satu jurus rahasia yang sengaja disimpan untuk keamanan jiwa sang
guru. Sehingga jika sang murid memberontak atau berkhianat, gurunya dengan
jurus rahasia itu tetap dapat menaklukkan sang murid. Kebiasaan itu diturunkan
dari generasi ke generasi. Sehingga semakin muda generasinya, kualitas ilmu
silatnya semakin rendah. Semua ini terjadi karena Sang guru tidak punya rasa
aman yang sejati. Itu sebabnya, ketika
ada pendekar silat yang tak terkalahkan dan sebelum meninggal sempat menulis
seluruh ilmunya dalam suatu kitab; kitab itu bisa diperebutkan diantara para
pendekar yang ingin menguasai dunia persilatan. Demi memiliki kitab itu, mereka
tidak segan untuk mengorbankan nyawa orang lain. Bahkan jika terdesak, rela mempertaruhkan
nyawa mereka sendiri. Yesus sangat berbeda. Rasa aman-Nya ada di dalam Allah
Bapa. Ia begitu mengasihi kita sehingga memberikan seluruh yang ada pada-Nya
kepada kita. Full live-Die empty. Tanpa
sisa. Ia menyatakan:
Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga." (Matius 16:19)
Damai sejahtera Kutinggalkan
bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak
seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar
hatimu. (Yohanes 14:27)
Like father, like son. Tindakan
Yesus yang sangat murah hati ditiru oleh murid kesayangan-Nya, yang pernah
menyangkal-Nya; rasul Petrus.
Pada suatu hari menjelang
waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait
Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia
harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait
Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang
masuk ke dalam Bait Allah. Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes
hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus
berkata: "Lihatlah kepada
kami." Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat
sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata: "Emas
dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi
nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Para Rasul.
3:1-6)
Luar
biasa ! Atas hikmat Roh Kudus, Rasul Petrus memberi kail kepada laki-laki yang
lumpuh itu. Bukan ikan. Itulah hal yang terbaik yang dapat diberikan seorang
rasul kepada seorang laki-laki yang lumpuh, yaitu kaki-kaki yang sehat dan kuat.
Nah,
bagaimana pola pertumbuhan dari Yesus Kristus? Ada empat hal yang menjadi pola
pertumbuhan Yesus Kristus.[iii]
Yaitu bertumbuh dalam buah Roh Kudus, disiplin dalam kehidupan, ketaatan kepada
kehendak Allah dan Firman-Nya, dan pengalaman yang mendewasakan.
Pertama,
Yesus bertumbuh dalam buah Roh Kudus.
Rasul Paulus dalam surat-suratnya selalu mempertentangkan antara keinginan daging versus keinginan roh (Rm. 8:6; Gal. 5:16-17). Perbuatan daging
(Gal. 5:19-21) versus buah roh (Gal.
5:22-23). Buah Roh yang bertumbuh akan mematikan pertumbuhan buah daging.
Berlaku juga sebaliknya.
Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Galatia 5:22-23)
Kasih Yesus dinyatakan
ketika Ia memberikan diri-Nya sebagai korban untuk menebus dosa kita semua (Yoh.
3:16). Yesus bersukacita ketika domba
yang hilang sudah ditemukan (Mat. 18:13). Yesus adalah sumber damai sejahtera (Yoh. 14:27). Ia sangat sabar (Luk. 13:18). Ia murah
hati. (Mat. 20:15) Penuh dengan kebaikan (Mat. 4:23; 9:35). Ia setia (1 Kor. 1:9). Lemahlembut (2Kor. 10:1). Ketika dihina dan dicaci-maki, ia menguasai diri-Nya. (Mat. 26:52-53).
Kedua,
Yesus bertumbuh dalam disiplin selama
hidup-Nya yang singkat di muka bumi. Ia dicobai (Mat. 4:7). Ditolak (Yoh. 19:6).
Disalahmengerti (Mat. 9:34). Dimusuhi (Mat. 14:12). Dikhianati (Luk. 22:48;
Mat. 26:74). Menderita (Rm. 8:17). Dianiaya (Mat. 27:1-29). Dihina (Mat. 27:40).
Orang yang ingin sungguh-sungguh
bertumbuh menyerupai Yesus Kristus pasti akan mengalami hal-hal yang tidak
mengenakkan dalam hidupnya (2Tim. 3:12). Ia perlu mengembangkan sikap disiplin
supaya tetap fokus dan mampu berlari sampai kepada tujuan (Flp. 3:14). Rasul
Paulus mengingatkan:
Justru karena itu kamu harus
dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan
kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan
kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan
semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah,
kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus
Kristus, Tuhan kita. (2Petrus 1:5-8)
Dalam
konteks disiplin untuk pertumbuhan rohani ini, semakin dalam mempelajari pribadi
dan kehidupan Yesus Kristus yang dinyatakan dalam keempat Injil, saya semakin
yakin akan kesesatan ajaran yang sangat populer selama 25 tahun terakhir, yaitu
Teologi Kemakmuran. Injil menghendaki kita disiplin, bertanggungjawab dan bertumbuh
dewasa dengan mengikuti pola pertumbuhan Yesus (Rm. 8:29; 12:2; 2Kor. 3:18;
Flp. 3:10). Jadi masa hidup kita di dunia adalah masa persiapan menuju hidup
kekal, memaksimalkan segala potensi dan menjadi dewasa rohani serta siap
menjadi mempelai Kristus. Dengan demikian kita harus selalu bertekun dan siap untuk
memerintah bersama Dia dalam kehidupan kekal (2 Tim. 2:12). Alkitab jelas sudah
memerintahkan kita untuk memberitakan salib Kristus (Kis. 5:30-32; 10:39; 1Kor.
1:18). Memikul kuk (Mat. 11:29). Ikut menderita dan memikul salib,
seperti diri-Nya (Gal. 6:12, 14; Flp. 3:18; Ibr. 12:2; 1Pet. 2:21).
Menyalibkan keinginan daging, keinginan mata (dunia) dan kesombongan hidup
(Iblis) (1 Yoh. 2:16). Supaya kita bisa bertumbuh sehat dalam anugerah-Nya yang
berlimpah. Akhirnya hidup kita benar-benar merdeka (Yoh. 8:36). Sebagai
anak-anak Allah kita bisa mendapatkan hak sebagai ahli waris jika kita sudah
dewasa. Alkitab mengatakan: Dan jika kita
adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang
berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus,
yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Roma 8:17). Jelas, kita akan
menerima janji-janji Allah jika kita
menderita bersama-sama dengan Yesus.
Tapi Teologi kemakmuran mengajarkan dan memotivasi daging kita untuk fokus
pada dunia yang sementara dan melupakan tanggungjawab kekekalan. Yaitu hidup
kaya, sehat, nyaman, dan makmur di dunia ini dengan memanfaatkan pengorbanan yang
sudah dilakukan Yesus dengan motivasi kesombongan yaitu untuk menunjukkan
kepada dunia bahwa ikut Tuhan Yesus itu menguntungkan/diberkati secara fisik
dan materi duniawi. Teologi Kemakmuran memotivasi kita menikmati berkat-berkat Allah
Bapa yang berlimpah dan ingin dimuliakan bersama-sama dengan Yesus dalam
kehidupan kekal tanpa usaha menyangkal diri dan memaksimalkan potensi diri.
Malah banyak Hamba Tuhan dalam Teologi Kemakmuran dengan bangga memberi contoh
kepada jemaat bagaimana cara efektif melarikan diri dari tanggungjawab memikul salib. Mereka
secara rohani mendemonstrasikan bagaimana cara meminta Yesus kembali memanggul
salib itu dan ramai-ramai menyalibkan Dia untuk kedua kali (Ibr. 6:6) Ini jelas
berlawanan dengan ucapan Yesus yang mengutamakan harta sorgawi yang bersifat
kekal (Mat. 6:19; Mat. 13:46). Ajaran yang terang-terangan menyangkal,
menentang pernyataan dan perintah Yesus; sudah jelas diinspirasikan oleh dunia
dan kedagingan atau lebih tepat lagi, berasal dari musuh-Nya, yaitu Iblis
sendiri. Terbukti dari fakta yang ada dilapangan. Hamba Tuhan yang terkait
kasus kepercayaan dan integritas; yaitu masalah penyalahgunaan uang, penyalahgunaan
kekuasaan, perselingkuhan, masalah homoseksual, bermain-main dengan pelacur, mayoritas
berasal dari gereja-gereja atau Penginjil Televisi (televangelist) yang menerapkan Teologi Kemakmuran (Mat. 12:33; Luk.
6:44; Why. 14:18). Dalam hal ini, Teologi
Kemakmuran cukup berhasil dalam mencapai misi rahasianya yang ditunggangi Iblis;
yaitu mematikan pertumbuhan iman para pengikut Yesus yang masih bayi rohani
serta membuat Injil dan Kekristenan dipermalukan.
Setiap
kemakmuran harus berlandaskan atau diikuti dengan sikap bertanggungjawab
dan karakter yang dewasa. Kalau tidak, dapat dipastikan akan bernasib seperti
anak yang hilang (Luk. 15:11-32). Perhatikan hidup orang-orang yang baru memenangkan
lotere yang tidak dewasa karakternya. Mayoritas setelah beberapa waktu,
kondisinya lebih buruk dan lebih rusak daripada sebelum menerima lotere. Padahal
sepanjang sejarah gereja, kekristenan justru tumbuh dalam masa sengsara dan penganiayaan.
Dihambat, tapi malah merambat.[iv]
Coba analisa. Negara-negara yang menganggap diri Kristen yang paling makmur
adalah negara yang paling korup/rusak kehidupan moralnya. Sodom dan Gomorah
modern. Dosa yang jelas-jelas dibenci
Allah dan ditentang Alkitab malah disahkan oleh negara.[v]
Pola berpikir dibutakan Ilah zaman ini sama dengan anak-anak yang tidak pernah
dewasa (Ibr. 5:12). Hidup seperti ini adalah hidup yang paling malang (1 Kor.
15:9). Para penganut teologi ini, kalau tidak sungguh-sungguh bertobat, dan
kembali kepada Injil yang sejati, hampir dipastikan akan tertinggal dalam
pengangkatan ketika Yesus datang kedua kali sebagai Raja. Yesus hanya akan
menjemput calon mempelai yang sudah dewasa dan siap sedia (Mat. 25:10).
Anak-anak pemberontak yang tidak pernah dewasa yang memilih untuk hidup bersantai-santai
dan fokus menikmati dunia serta segala isinya tidak layak menjadi mempelai-Nya.
Sehingga sangat logis jika orang-orang yang ditinjau dari waktu seharusnya
sudah jadi pengajar (Ibr. 5:12); tapi dengan kehendak bebas memilih untuk
menjadi tunagrahita[vi]
rohani ini, akan masuk ke dalam masa aniaya besar. Secara alamiah, masa aniaya
diperlukan supaya mereka yang masih anak-anak rohani dapat bertumbuh dewasa.
Jadi sekarang sidang pembaca, Anda bisa memilih. Mau berdisplin dan bertumbuh
sekarang dengan menyalibkan diri dari
keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup, atau lari dari salib; tapi didisiplinkan oleh
Antikristus dan para pengikutnya.
Ketiga,
Yesus bertumbuh dalam ketaatan. Yesus
bertumbuh dalam ketaatan melakukan kehendak Bapa-Nya. Perhatikan kalimat
berikut:
·
Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:34).
·
Aku
tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan
apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti
kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. (Yohanes
5:30)
·
Sebab
Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk
melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. (Yohanes 6:38)
Yesus taat
dan menghormati orangtua-Nya: Lalu Ia
pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51).
Bahkan
sebelum mati, dalam kondisi tubuh yang sangat nyeri karena masih tergantung di
atas kayu salib, Yesus masih memikirkan orangtua-Nya dan meminta Yohanes
mengurus ibu-Nya ketika ia mati. “Ketika
Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada
murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya. (Yohanes 19:26-27).
Itulah
sebabnya Rasul Paulus menulis: Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama
di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di
langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
(Filipi 2:5-11).
Keempat,
Yesus bertumbuh dalam pengalaman yang
mendewasakan. Pepatah mengatakan: Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saya
tambahkan: yang termahal. Untuk
mempelajari keahlian teknis, kita bisa belajar dari pengalaman orang lain atau
berlatih melalui simulasi atau simulator[vii]
untuk mempersingkat waktu belajar kita. Tapi untuk pertumbuhan karakter dan
kepekaan suara Roh Kudus, tidak ada jalan pintas. Kita harus menjalani sendiri.
Ada orang yang peka, hingga waktu belajarnya singkat. Ada yang tidak peka dan
bebal, sehingga tidak pernah mengerti akan kehendak Allah. Sehingga hidupnya
penuh dengan serangkaian penderitaan yang tidak perlu.
Seorang
pilot yang berpengalaman 2.000 jam terbang akan berbeda keahliannya dengan yang
berpengalaman 30.000 jam terbang. Pasangan yang baru menikah 2 tahun akan
berbeda tingkat keharmonisan dan komunikasinya dengan yang sudah menikah selama
30 tahun. Perhatikan kehidupan penuh disiplin dan perjuangan dari para pahlawan
iman: Abraham, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Daniel. Semua mengalami hal-hal tidak
enak yang mendisiplin hidup mereka sehingga mereka makin kudus dan berkenan
kepada Allah. Juga semua murid Yesus. Dari 11 orang yang sisa, hanya rasul Yohanes
yang berumur panjang, karena mendapat tugas khusus untuk diasingkan di Pulau
Patmos dan menulis kitab Wahyu. Sisanya mati sahid. Saya bukan penganut Teologi Penderitaan. Tapi
kita harus dewasa dan bertanggungjawab sebagai seorang penatalayan (steward) yang sudah dipercayakan Tuhan
(Mat. 25:20, 22). Kalau pola berpikir kita serupa dengan Kristus, kita akan
kuat dan tangguh seperti tentara atau atlit yang terlatih dalam menghadapi
segala sesuatu, siap dan bersukacita dalam melakukan kehendak-Nya.
Meskipun
melayani dalam waktu yang singkat, 3,5 tahun, pengalaman Yesus begitu jauh,
luas dan mendalam. Semakin bertambah
pengalaman Yesus, semakin kuat Ia menghadapi berbagai masalah. Perhatikan
pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani:
Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi
Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk
mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita
karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai (Ibrani 2:17-18).
Sebab Imam Besar yang kita
punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
(Ibrani 4:15)
Sebagai
Imam Besar yang turut mengambil bagian dalam natur manusia kita, Ia mampu
menolong kita dalam kelemahan kita. Karena Yesus sudah mengalami semua itu sebagai
manusia, maka Ia mengerti segala perasaan takut, ragu, pergumulan melawan dosa
dan keinginan sendiri, masalah-masalah berat, dan segala jenis penderitaan yang
kita hadapi sebagai seorang manusia. Yesus ingin kita meneladani Dia (Yoh.
13:15; 1 Pet. 2:21). Sebagai teladan bagi kita, Ia juga sudah diperlengkapi
dengan sempurna oleh Allah Bapa untuk menjadi Bapa Pembimbing kita.
Melakukan:
·
Apakah 9 variasi buah Roh Kudus semakin
bertumbuh setiap hari dalam kehidupan kita? Sahabat, buah Roh hanya akan
bertumbuh melalui ketaatan akan Firman Tuhan dan disiplin dalam
melaksanakannya. Tidak ada jalan pintas. Memang berat. Tapi itulah gunanya kita
dipilih Allah. Tetapi kamulah bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,
supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: (1Petrus
2:9).
·
Apabila saat ini ada diantara kita yang
mengalami disiplin baik oleh Allah maupun oleh tindakan kita sendiri. Pelajaran
apakah yang bisa kita petik sehingga kita bertumbuh dengan pola yang benar?
·
Apakah ada suatu kebiasaan dimana kita harus
bertobat atau melakukan tindakan pencegahan?
·
Jangan kuatir atau merasa tidak mampu karena
Allah Bapa ( Rm. 16:25; Ef. 3:16; 1Tes. 3:13; 2Tes 3:3; 1Tim. 1:12; 2Tim. 4:17)
dan Roh Kudus (Yoh. 14:26; 1 Tes.1:5) akan selalu menguatkan dan menghibur
kita.
Membagikan:
Bagikan pengalaman Anda kepada sesama rekan
di Kelompok Sel; ketika mengalami
pola pertumbuhan dalam keempat bidang di atas.
[i] Lihat pengakuan Iman Rasuli.
[ii] Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (juga
dieja Kho Ping Ho, Hanzi: 許平和; pinyin: Xǔ Pínghé,
lahir di Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926 – meninggal 22
Juli 1994; adalah penulis cersil (cerita silat) yang sangat
populer di Indonesia. Kho Ping Hoo dikenal luas karena kontribusinya bagi
literatur fiksi silat Indonesia, khususnya yang bertemakan Tionghoa Indonesia. Lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Kho_Ping_Hoo
[iii] Lihat
tulisan Sinclair Ferguson dalam bukunya Grow
in Grace, Banner of Truth, Edinburg, England, (December 1, 1989). Chapter
2. Prof. Sinclair
Ferguson (lahir 1948) adalah
seorang Teolog beraliran teologi Reformed dalam pengajaran, tulisan dan sebagai
editor. Setelah sempat menjadi pengajar dengan posisi di Charles Krahe Chair
for Systematic Theology di Westminster
Theological Seminary, Philadelphia, USA, ketika buku ini diterbitkan, ia
masih menjadi professor
di Redeemer
Seminary
di Dallas,
Texas, USA.
[iv] Lihat buku karangan Pdt. KAM. Jusuf
Roni, Dihambat Tapi
Merambat, Andi Offset, Yogyakarta, 2001.
[vi] Tunagrahita
adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi
mental (mental retardation). Nama lain adalah: Lemah pikiran (Feeble Minded), Terbelakang mental (Mentally Retarded), Bodoh atau dungu (Idiot), Pandir (Imbecile), Tolol (Moron), Oligofrenia (Oligophrenia),
Mampu Didik; Anak pada kelompok mampu didik ini masih mempunyai kemampuan dalam
akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar. (Educable), Mampu Latih (Trainable), Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat,
Mental Subnormal, Defisit Mental, Defisit Kognitif, Cacat Mental, Defisiensi
Mental, Gangguan Intelektual.
[vii] Simulation
is the imitation of the operation of a real-world process or system over time. [Lihat karangan J. Banks, J. Carson, B. Nelson, D.
Nicol (2001). Discrete-Event System
Simulation. Prentice Hall. p. 3. ISBN 0-13-088702-1.] The act of
simulating something first requires that a model be developed; this model
represents the key characteristics or behaviors of the selected physical or
abstract system or process. The model represents the system itself, whereas the
simulation represents the operation of the system over time. Simulation is
used in many contexts, such as simulation of technology for` performance
optimization, safety engineering, testing, training, education, and video
games. Training simulators include flight simulators for training aircraft
pilots to provide them with a lifelike experience. Simulation is also used with
scientific modelling of natural systems or human systems to gain insight into
their functioning. [ Lihat
karangan J.A. Sokolowski and C.M. Banks,. Principles
of Modeling and Simulation. John Wiley and Sons, Hoboken, New Jersey, 2009.
p. 6.] Simulation can be used to show the eventual real effects of alternative
conditions and courses of action. Simulation is also used when the real system
cannot be engaged, because it may not be accessible, or it may be dangerous or
unacceptable to engage, or it is being designed but not yet built, or it may
simply not exist.