EVALUASI 12-12-2012
Source: http://www.flickr.com/photos/daniandgeorge/8046571869/sizes/z/in/photostream/
Dalam beberapa buku yang saya tulis, kebanyakan memberi contoh tokoh
biografi pahlawan iman yang sudah meninggal. Yang hidupnya relatif bersih; dari
lahir sampai meninggal. Jika ia jatuh ke dalam dosa, ia sudah bertobat dan
meninggal sebagai Putera Allah yang diselamatkan.
Seorang teman penginjil dan
apologets yang cute (cantik, terdidik
dan smart); pernah berkomentar,
”Kok kejam ya kriterianya?”.
Well… dulu saya juga tidak pernah mau
menulis hal yang demikian.
Termotivasi oleh motivator dunia: James Allen, Napoleon Hill, Norman Vincent
Peale, David Schwartz, dan Jim Rohn; saya lebih suka berkarir
atau berbisnis dan berencana mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Menikah. Tinggal
di rumah yang bagus di daerah elite. Membeli barang bukan cuma yang dibutuhkan;
tapi yang saya suka dan inginkan. Berlibur ke tempat-tempat eksotis di seluruh
dunia. Menikmati hidup senang, nikmat dan nyaman sampai meninggal. Menikmati
respek dan pandangan kekaguman dari orang-orang yang sudah saya bantu secara
finansial. Setelah dekat, (umur 65 tahun keatas), baru bertobat. :).
Yang
masih anak-anak rohani atau pikirannya masih duniawi mungkin berkata:
Yes
!!
atau
Amiiiinnn !”
Sebagian yang sudah dewasa rohani mungkin diam, alisnya berkerut
dan berpikir, “Kok licik ya?”.
Tapi Allah Bapa memandang dari sudut kekekalan. Ia melihat hidup kita di
muka bumi seperti sebatang penggaris. Ujung kiri angka nol dan ujung kanan
angka 70 atau 80 tahun. Setelah angka ke-80 ada garis kehidupan di level
berikutnya yang tidak terlihat saat ini; tapi hanya bisa dilihat dengan
kacamata spiritual. Dan hal yang mengagumkan, garis itu tidak berujung dan
tidak berzaman. Itulah hidup dalam kekekalan. Hidup yang benar-benar hidup.
Dimana kita tidak dibatasi lagi oleh fisik kita yang rapuh ini. Tapi hidup
dalam alam yang luasnya melampaui bumi, galaksi Bima Sakti (Milky Way) atau Andromeda serta seluruh kumpulan
inter galaxi dan antar-galaksi yang ada di jagat raya yang diciptakan oleh
Allah Bapa pencipta kita. Dimana Allah Bapa menghendaki kita ikut memerintah
dalam kemuliaan bersama RAJA di atas segala Raja dan TUHAN diatas segala Tuhan.
[Prof. Stephen Hawking, Prof. Carl Sagan atau
Prof. Richard Dawkins serta para pengikut ateis-nya pasti tidak setuju akan hal
ini :). Silahkan periksa wikipedia.com jika ingin tahu siapa mereka].
PELAJARAN PERTAMA
Karena Allah begitu mengasihi saya; ia memanggil saya. Tahun 1999,
ketika sedang pergi melayani bersama isteri di GBI Basilea Kelapa Gading, isi
rumah saya di Bekasi dikuras habis oleh gerombolan perampok yang membawa mobil
box. Mereka memotong gembok pintu pagar yang cukup besar dengan alat khusus.
Potongannya rapih. Menjebol pintu masuk utama. Kemudian mengangkut semua barang
yang ada dirumah. Semua barang yang bisa dibawa, dibawa. Termasuk koleksi
perhiasan emas dan berlian isteri serta koleksi batu permata dan jam tangan
vintage kesayangan (semuanya mesin chronometer
/ automatic). Tapi pintarnya, perhiasan yang imitasi ditinggal. Sangat
profesional. Celakanya, tetangga sebelah menganggap para perampok itu sebagai
orang yang memang saya tugaskan untuk pindah rumah [Kiranya para perampok itu diberi kesempatan bertemu Tuhan Yesus dan sungguh-sungguh
bertobat]. Melihat rumah kami yang hampir kosong, Pdt. Rully Hosea yang
menjenguk kami sampai terbengong-bengong. Ia mendoakan dan kemudian memberikan
ayat Roma 8:28. Kita tahu sekarang, bahwa
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah. Itu seperti tarikan tangan yang kuat yang mencegah saya
masuk ke dalam jurang api kekal yang dalam. Tujuan Allah Bapa melalui
pendidikan ini: Lepas dari keinginan mata.
PELAJARAN KEDUA
Walaupun langkah saya terhenti, tapi saya tidak mau berbalik menuju
jalan yang Tuhan kehendaki. Secara spiritual hanya berdiri terpaku; sambil
terus melanjutkan kehidupan secara fisik. Kemudian tahun 2002 penyakit auto-immune: Ankylosing Spondylitis (AS) menyerang. Dengan kekuatan penuh. Sampai
merubah postur tubuh saya. Dokter mengatakan penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya dan bersifat genetik. Saya bukan kriminal atau koruptor. Saya menjauhi
pergaulan yang buruk. Tidak merokok. Tidak terbiasa dengan minuman keras. Menjauhi
narkoba atau free sex. Saya melayani
pekerjaan Tuhan. Tapi kenapa saya? Kenapa bukan diberikan kepada orang yang
memang sudah tua, bau tanah atau memang sudah waktunya dihukum mati karena
melakukan kejahatan yang besar? Rasa kecewa, marah, sedih, putus asa, nyeri, kebingungan
selama awal-awal serangan ikut membentuk saya. Sakit? Memang. Sangat sakit,
baik fisik dan mental. [Anda pernah
mengalami kram kaki ketika berenang atau berolahraga? Nah, mirip itu. Cuma yang
kena di bagian leher, bahu, sepanjang punggung dan pinggang kiri kanan. Dan lebih
menyakitkan, berlangsung lama. Tapi bahaya utama AS bukan Cuma rasa nyeri; tapi
depresi yang menyertai]. Kalau tahun 2002 terbaring nyeri 1 minggu. Tahun
2012 terbaring nyeri 3 bulan. Ditambah memikirkan semua pekerjaan dan semua
proyek dibatalkan. Sehingga saya berdoa,”
Tuhan, tubuh ini menghalangi aku. Jika engkau menghendaki, angkat aku saja.”
Ya, saya berdoa minta mati. Tapi puji
Tuhan ! Permohonan doa saya ditolak, karena tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Tapi
isteri, putera kami dan para sahabat terus berdoa tiada henti (I really grateful and love them; hugs). Sampai
Juli 2012, AS ini masih aktif. Pada waktu artikel ini ditulis (Desember 2012), kondisi
sudah jauh lebih baik dan sehat.
ANUGERAH ALLAH DALAM PENDERITAAN
Sekarang saya menyadari itu anugerah Allah. Allah mengganjar kita bukan
cuma dengan kesehatan, kekuatan dan kekayaan tapi juga melalui penderitaan;
supaya kita melihat dan bergantung kepada-Nya (Ibr. 12:10). Dan ikut menderita
bersama Yesus serta memperoleh kemuliaan sebagai anak-anak Allah yang hidup. Ternyata
selama ini pikiran saya sudah disesatkan oleh doktrin dan para pengkhotbah Teologi
kemakmuran. Sehingga terperangkap dalam pola pikir umat Israel Perjanjian Lama
yang bebal (tegar tengkuk); menganggap setiap penderitaan dan sakit penyakit
sebagai kutukan Tuhan. Itu bohong besar. Itu tipuan Iblis. Jika kita sungguh
sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, semua kutuk sudah
ditanggung oleh Yesus Kristus di kayu salib. Jika kita masih menderita, coba
periksa diri sendiri. Apakah kita sudah taat dengan hukum-hukum alam. Apakah
kita sudah taat dengan kehendak Allah. Atau
sengaja berbuat dosa sehingga mengeluarkan diri dari perlindungan Allah. Jika
Anda mengalami penderitaan; Anda sudah mengevaluasi dan tidak ada kesalahan
yang disengaja; berarti sebagai anak Allah Anda sedang dibentuk Allah Bapa
untuk naik menuju level yang lebih tinggi (Ibr. 12:7).
KRITISNYA MEMBACA DAN MENDENGARKAN FIRMAN ALLAH
Jadi mohon hati-hati kalau mendengarkan khotbah atau pengajaran. Seleksilah dengan
sungguh-sungguh. Ujilah selalu setiap khotbah dan pengajaran yang Anda dengar/terima (bdk. Kis. 17:11).
Jika Anda ragu, tanya pastor atau pendeta Anda. Jika pastor atau pendeta Anda
juga ragu atau Anda meragukan mereka, tanyalah Pdt. Erastus Sabdono, Pdt.
Bigman Sirait atau Pdt. Stephen Tong. Tujuan Allah Bapa melalui pendidikan ini:
supaya daging saya mati dan lepas dari sebagian
besar keinginan daging serta keangkuhan hidup. Tapi apa saat ini masih ada
keinginan daging? Masih ada. Cuma kadarnya semakin kecil dibandingkan limabelas
tahun lalu. Keangkuhan hidup? Masih ada. Saya berjuang setiap hari untuk selalu
peka dan tajam (Flp. 2:12). Jika hanya sedikit membaca atau mendengar Firman,
kepekaan saya lama-lama berkurang. Apalagi jika melewatkan Firman Tuhan. Monster-monster dalam diri yang tadinya lemah
jadi terbangun. Saya sangat paham mengapa orang yang tenggelam dalam dosa yang
mendarah-daging (kronis) jika tidak pernah membaca atau mendengarkan Firman
Allah atau mendengar orang yang menyampaikan Firman Allah; akan sangat sulit untuk
bertobat. Jika ada yang bertobat karena kehendak sendiri (merasa hidup kosong,
sia-sia, dst) persentasenya sangat kecil.
KESENANGAN DAN SUKACITA
Terakhir, apakah ada kesenangan dan sukacita dalam hidup saya? Pertanyaan
bagus. Kita harus bedakan antara kesenangan (pleasure) dan sukacita (joy).
Saya tahu kesenangan. Ketika target kita tercapai. Ketika mendapat hadiah.
Ketika bisnis kita berhasil. Ketika orang memuji penampilan atau menghargai pekerjaan
kita. Ketika berlibur di tempat-tempat eksotis. Ketika kita jatuh cinta. Ketika
menikmati steak daging wagyu yang lezat. Ketika makan durian
yang manis-pahit dan banyak alkoholnya. Ketika minum kopi Luwak atau kopi gajah.
Ketika dipijat oleh tangan yang ahli. Ketika keringat keluar waktu sauna dilanjutkan
mandi air dingin yang menyegarkan. Ketika emosi kita melambung tinggi sewaktu mendengarkan, menonton opera/konser musik klasik. Ketika mencapai orgasme bersama isteri/suami
sah yang kita kasihi. Itulah kesenangan. Kesenangan karena hormon oksitosin, endorfin, dopamin,
dan norefinefrin dihasilkan oleh kelenjar dalam otak kita. Kesenangan yang wajar,
tidak melanggar hukum, tidak mengorbankan orang lain dan tidak membuat kita
lupa akan Tuhan itu boleh saja (bdk. 1Kor. 6:12). Tapi ingatlah, semua
kesenangan berasal dari respon kita akan rangsangan/stimulasi dari luar.
Sifatnya sementara. Jika rangsangan itu lewat atau sudah berhenti, berhenti
pula kesenangan kita. Ambang batas kesenangan kita ternyata sangat besar dan
tidak bisa dipuaskan. Selalu meminta lebih (bdk. Amsal 30:15). Disini berlaku
hukum hasil lebih yang semakin berkurang (The
Law of Diminishing Return). Sehingga untuk mendapatkan kesenangan yang sama
dibutuhkan rangsangan yang semakin lama semakin besar dan intens. Maka dapat
dipahami jika para peminum, pemakai narkoba, penjudi, penikmat pornografi dan seks bebas akan
kecanduan dan butuh dosis serta intensitas yang semakin lama semakin besar;
sampai taraf yang membahayakan tubuh, bahkan terkadang menimbulkan kematian. Juga orang
yang kecanduan mencari uang akan terikat, sehingga ia tega mengorbankan semua
hal lainnya, selama ia akan mendapat uang lebih banyak. Itulah kesia-siaan (Pkh.
5:10 / 5-9). Jika ada diantara kita yang menginginkan atau sudah memiliki mobil Ferari F70 atau Bentley Continental GT atau Rolls-Royce. Jam tangan Patek Phillipe atau Vacheron Constantin. Rumah mewah di area Menteng atau Pondok
Indah. Ingin menikmati minuman termahal: wine 2004 Block 42 Cabernet Sauvignon. Memberhalakan artis K-Pop atau
bintang Hollywood. Semua itu sangat rentan. Jangan meletakkan pengharapan dan
sukacita Anda pada barang-barang dan berhala tersebut. Begitu rusak atau hilang,
hilang juga rasa senang Anda.
SUKACITA SEJATI
Tapi sukacita sejati berasal dari Allah Bapa sendiri (Yoh. 15:11). Itu hanya
bisa terjadi jika kita sungguh percaya kepada Allah Bapa dan seperti Yesus, melakukan
kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari (Yoh. 4:34). Tidak ada pengaruh luar
yang bisa mempengaruhi sukacita sejati. Ada aliran air hidup dari surga yang
membuat kita melakukan pelayanan dengan tulus, sederhana, damai sejahtera,
setia, demi kebaikan sesama kita (bdk. Yoh. 7:38). Anda mau melakukannya dengan
rela walaupun Anda tidak dibayar atau tidak dipuji. Kita akan dipenuhi rasa syukur
dan rasa cukup. Sukacita melihat orang yang rusak hidupnya dan ingin bunuh diri menjadi bangkit dan bertobat. Sukacita menyaksikan putera kita bertumbuh dalam kedewasaan sesuai dengan panggilan hidupnya. Sukacita melihat pasangan yang hampir cerai bersatu kembali. Sukacita melihat orang yang kita bimbing menjadi jauh lebih maju dibandingkan kita sendiri. Sukacita karena berhasil melakukan kehendak Allah untuk area tertentu dalam hidup kita. Sukacita ini menjadi sangat masuk akal karena Tuhan sudah memenuhi hati kita dengan kasih-Nya yang
berkelimpahan. Rasa cukup (contentment) itulah yang membuat
sukacita kita menjadi penuh (Yoh. 15:11) dan memampukan kita melayani dengan
tulus sesuai panggilan masing-masing sampai Ia menjemput kita kembali.
Amin.
LV,
12122012