- Apakah yang paling penting dalam hidup saya?
- Jika saya meninggal hari ini, apakah saya dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatan saya di hadapan Allah pencipta jagat raya?
- Apakah yang selama ini saya lakukan membantu atau mengarahkan saya kepada pertangungjawaban ini?
Sunday
Source: http://www.123rf.com/photo_11264174_tree-with-root-and-grass.html
PRINSIP DAN DASAR
Terbaring nyeri selama 3 bulan di ranjang membuat saya berpikir kembali dan
mengajukan pertanyaan kritis kepada diri sendiri.
“Manusia diciptakan Allah Bapa untuk memuji,
menghormati, dan melayani Tuhan, dan dengan demikian, sebagai orang pilihan ia memperoleh kepastian keselamatan
jiwanya (Flp. 2:12).
Dan segala sesuatu yang lain di dunia diciptakan untuk
manusia dan bahwa mereka dapat membantunya untuk mencapai tujuan akhir yang
untuknya manusia diciptakan.
Dari sini, artinya, manusia harus mempergunakan hal-hal
duniawi tersebut asalkan hal-hal tersebut dapat membantunya mencapai tujuan
akhir-nya, dan ia harus membuang hal-hal tersebut sejauh itu
menghalanginya untuk mencapai tujuan akhir.
Untuk ini, adalah penting untuk membuat diri kita tidak
terikat kepada semua hal yang diciptakan, di dalam segala sesuatu yang
diperbolehkan menjadi pilihan bebas kita dan yang tidak dilarang (1Kor. 6:12);
sehingga di pihak kita, kita tidak menginginkan kesehatan lebih daripada penyakit,
kekayaan lebih daripada kemiskinan, penghormatan lebih daripada penghinaan, umur panjang lebih daripada umur pendek, sehingga di dalam segala sesuatu, hanya menginginkan
dan memilih
apa yang paling kondusif bagi kita untuk mencapai tujuan akhir yang
untuknya kita diciptakan yaitu kehendak Allah dalam hidup kita.”
Itulah pola berpikir kekekalan. Jika perenungan Alkitabiah yang
dianjurkan Ignatius Loyola di atas masuk ke dalam pikiran dan hati kita, maka
akan menuntun kita kepada tindakan-tindakan yang sangat bertujuan. Setiap
perkataan dan perbuatan kita efektif dan efisien. Tidak ada waktu yang terbuang
sia-sia. Semua mengarah kepada tujuan akhir kita diciptakan. Kita akan melihat
gambaran besar seperti Allah sendiri melihat. Kita akan menikmati hidup kita,
apapun kondisinya (bdk. Ams. 30:8). Sukacita dan damai sejahtera yang melampaui
segala akal akan memenuhi hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus (bdk. Rm.
14:17; 15:13; Flp. 4:7).
LV, 17122012