Source: http://www.wsj.com/articles/lotte-battle-shows-perils-of-family-control-1438887611 |
Oleh: Stephanus Tedy R.
Ada beberapa versi persiapan ini.
Versi pertama banyak dianjurkan oleh para penasehat perusahaan di Indonesia dan Asia Tenggara yaitu dengan menempatkan calon diperusahaan lain (bisa di perusahaan kompetitor atau perusahaan dalam industri yang sama) sehingga ybs merasakan bagaimana pola kerja sebagai seorang karyawan biasa. Diberi fasilitas dan gaji serta posisi yang tidak berbeda dari karyawan lain. Jadi tidak ada pemberian hak istimewa atau fasilitas putera mahkota disini. Dengan demikian, karakter calon akan terbentuk dan ikut merasakan kesulitan perjuangan serta bagaimana berharganya sumber daya seorang karyawan. Di perusahaan lain ini calon akan belajar dan diharapkan untuk membawa ide-ide baru, pengetahuan dan cara memandang yang baru dan berbeda dengan budaya dalam perusahaan. Setelah beberapa tahun, baru ditarik kembali ke perusahaan keluarga dan diberi tanggungjawab sebagai wakil direktur. Disini calon masih dimentori oleh pemimpin yang saat itu sedang in charge atau orang kedua/dianggap senior dalam perusahaan. Pola berpikir, sikap, perilaku sebagai pimpinan perusahaan dan owner perusahaan terus menerus dibentuk selama proses mentoring ini. Setelah beberapa tahun dan dinilai calon sudah cukup matang, memiliki jaringan yang memadai dan berpengalaman (memahami kondisi internal: penyelarasan tujuan, rentang kendali, kerangka waktu dan struktur organisasi serta eksternal perusahaan: kondisi persaingan dan industri secara keseluruhan:), baru jabatan pimpinan diberikan kepada ybs.
Versi yang kedua berpendapat pengalaman calon di luar perusahaan keluarga tidak terlalu diperlukan. Karena bisnis keluarga bisa lebih cepat dikuasai jika calon sejak muda sudah dilibatkan dalam pemahamanan bisnis keluarga dan melihat dan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Dalam kedua versi proses persiapan ini harus disadari bahwa yang menjadi pokok persoalan bukanlah calon harus berpengalaman di luar atau di dalam perusahaan lebih dahulu, tetapi tujuan persiapan adalah membangkitkan kemandirian dan mengembangkan keyakinan akan kemampuan diri dari calon ybs.
Jika calon di tempatkan di luar perusahaan, tetapi ybs tidak menggunakan kesempatan itu untuk belajar dengan sungguh-sungguh; atau malah tertarik dengan perusahaan yang diterjuni dan kehilangan minat untuk meneruskan perusahaan keluarga, maka menempatkan calon yang potensial di perusahaan lain akan menjadi bumerang.
Jika calon dilibatkan dalam perusahaan keluarga dan hanya melihat dominasi pimpinan yang sekarang dan pimpinan sekarang tidak memberikan kesempatan kepada calon untuk mandiri dan mengembangkan kepercayaan diri (seperti kasus di perusahaan Gucci pada artikel sebelumnya), maka menempatkan calon dalam perusahaan tidak akan efektif.
Jadi, bagaimana baiknya?
Untuk itulah diperlukan dulu analisa 5 (lima) dimensi internal perusahaan.
Analisa 5 dimensi akan dibahas dalam artikel #5.
Artikel #3 Artikel #5